Dikunjungi BI, DanaRupiah Sebut Ingin Jadi Bagian Inklusi Keuangan

AKARTA, KOMPAS.com – Banyak orang berpikir bahwa solusi keuangan yang ditawarkan perusahaan financial technology (fintech) seperti pinjaman online bagai pedang bermata dua. Pada satu sisi, dapat berdampak positif sekaligus negatif.

Bila menyisir kembali, dampak negatif terjadi karena peminjam tak bijak saat memutuskan untuk memakai jasa pinjaman. Padahal, kalau dipakai dengan baik sesuai kebutuhan dengan melihat kemampuan membayar, pembiayaan pinjaman online akan bermanfaat dan berdampak positif.

Pada DanaRupiah, misalnya, memiliki produk pembiayaan untuk kebutuhan produktif.

“Sebagai perusahaan fintech, DanaRupiah memang memiliki dua produk lain di luar pinjaman tunai,” ujar Project Leader DanaRupiah Felix, Kamis (18/4/2019).

Pertama, pembiayaan produktif (Productive Loan) yang saat ini fokus pada produk bidang agrikultur dahulu.

Pembiayaan berupa modal utama kepada petani dalam bentuk benih, pupuk, dan pestisida. Dengan metode pembiayaan sama, ke depan tak menutup akan masuk pada pembiayaan bidang lainnya juga.

Kedua, membantu pembiayaan pelatihan atau pendidikan (Training and Education Loan) dengan bekerja sama dengan lembaga pendidikan.

Dikunjungi Bank Indonesia

Pemaparan tadi dijelaskan lebih lengkap ketika ada kunjungan dari Bank Indonesia (BI) pada PT Layanan Keuangan Berbagi (DanaRupiah), Kamis.

Pada Kompas.com, Direktur DanaRupiah Wahyu S Ariyanto, menyatakan bahwa kunjungan itu ditujukan BI untuk mendalami dan mengenal perusahaan fintech lebih dalam.

Perusahaan financial technology DanaRupiah dikunjungi Bank Indonesia, Kamis (18/4/2019).(KOMPAS.com/SRI NOVIYANTI)

“Kami senang Bank Indonesia dapat berkunjung ke sini (DanaRupiah). Kami bisa berdiskusi banyak tentang hal-hal yang justru bisa mempererat kerja sama antara bank dengan industri fintech,” ujar Wahyu.

Diskusi hari ini, kata dia, lebih banyak membahas solusi finansial berupa pinjaman produktif yang dapat dilakukan perusahan fintech untuk menjangkau rakyat pesisir.

Dilanjutkan oleh Felix, DanaRupiah yang sudah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) punya fokus yang sama. Hanya saja, saat ini sedang mengupayakan produk yang menyasar pada bidang pertanian.

Seperti yang sudah disinggung pada awal artikel, Productive Loan untuk petani dan Training and Education Loan untuk para pelajar dan trainer, adalah beberapa produk yang ditawarkan sebagai solusi agar masyarakat punya akses keuangan selain bank.

Melalui program Productive Loan, petani akan dapat dua akses pembiayaan, yakni untuk kebutuhan sarana produksi dari perusahaan distributor pupuk dan juga dana tunai.

Sedangkan Training and Education Loan memungkinkan nasabahnya—yaitu para pelajar atau orang yang akan ikut pelatihan—bisa mendapatkan biaya uang pendidikan di muka dan membayar dengan sistem cicilan pada DanaRupiah. Harapannya, mereka bis abelajar dengan tenang tanpa khawatir cara menutupi biaya pendidikan.

Baik Productive Loan dan Training and Education Loan disebutkan Felix akan diluncurkan pada akhir April 2019.

Meskipun, produk yang dimiliki DanaRupiah belum dapat mengakomodir rakyat pesisir, Felix berujar tak menutup kemungkinan produknya dapat berkembang dengan melihat peluang itu.

“Kami (DanaRupiah) ingin menjadi bagian dari tujuan inklusi keuangan. Kami juga ingin ikut mendorong OJK yang menargetkan inklusi keuangan pada 2019 bisa tembus 75 persen, atau naik 12 persen dibandingkan 2017,” tambahnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Dikunjungi BI, DanaRupiah Sebut Ingin Jadi Bagian Inklusi Keuangan”.

Penulis : Sri Noviyanti

Editor : Sri Noviyanti

5/5 - (1 vote)