Berhutang: Baik atau Buruk?

Hutang adalah pedang bermata dua, bisa menjadi alat yang baik untuk membantu keuangan atau justru malah melukai keadaan finansial kita. Kita perlu mengetahui bagaimana hutang yang baik dan yang buruk. Hutang yang baik adalah hutang yang digunakan untuk hal-hal produktif dan sudah diperhitungkan dengan baik dampaknya. Sedangkan hutang yang buruk adalah hutang konsumtif yang hanya memenuhi keinginan sementara tanpa memperhitungkan dampak jangka panjang. Namun, tuntutan biaya hidup yang semakin tinggi memaksa kita untuk berhutang. Maka dari itu kita perlu memahami apakah hutang yang kita ajukan baik atau buruk untuk jangka panjang. Berikut adalah perbedaannya;

1. Hutang Baik

Hutang yang baik adalah hutang yang memenuhi kebutuhan bukan keinginan dan juga melihat keperluan jangka panjang. Berikut adalah beberapa contoh hutang yang baik:

a. Kredit Rumah: Rumah adalah kebutuhan pokok dimana harganya pun juga terus meningkat. Hal ini membuat rumah sebagai bentuk hutang yang baik.

b. Modal Usaha: Jika kamu tertarik untuk membuka usaha dan ingin mencari modal, berhutang bisa menjadi solusi. Hutang untuk modal usaha adalah contoh hutang produktif karena kita bisa mendapat keuntungan dari usaha kita.

c. Pinjaman Pendidikan: Pendidikan merupakan modal yang penting dalam mencari pekerjaan atau membangun bisnis. Banyak yang mengatakan pendidikan adalah investasi karena dengan pendidikan kita bisa membuat pekerjaan lebih efektif dan efisien atau malah membuat lapangan kerja baru.

d. Pemenuhan Kebutuhan Produktif: Maksud dari kebutuhan produktif adalah alat-alat yang membantu kamu dalam bekerja. Contoh, jika kamu seorang karyawan maka kamu akan memerlukan laptop. Kamu boleh mencicil laptop karena barang tersebut menghasilkan rejeki untukmu. Namun perlu diperhatikan juga jangan sampai kita selalu ingin membeli laptop terbaru setiap tahun. Disinilah pentingnya membedakan kebutuhan dan keinginan.

2. Hutang Buruk

Hutang buruk adalah hutang yang mempersulit keadaan finansial kita. Pengajuan hutang untuk barang konsumtif yang nilainya akan berkurang seiring waktu adalah contoh hutang buruk. Ditambah jika hutang yang dimiliki jumlahnya diatas 30% dari penghasilan, maka kita membuka celah diri untuk terjebak dalam situasi sulit. Angka 30% untuk berhutang dinilai pas karena kita masih memiliki ruang untuk pemenuhan kebutuhan dan biaya tak terduga.

Kita telah mengetahui bahwa hutang bukanlah sesuatu yang harus dihindari, namun kita perlu memahami tujuan berhutang. Kunci kesuksesan finansial adalah memahami aset mana yang bisa bertambah nilainya dan mana yang akan berkurang nilainya. Kesuksesan finansial diawali dengan tujuan finansial, maka dari itu pahami tujuan kamu sebelum berhutang atau pun berinvestasi.

5/5 - (1 vote)